Preambule
Sebagai gerbang masa depan Indonesia yang lebih baik, pendidikan sering diabai, sering tak dilakukan dengan dedikasi profesionalisme tinggi. Hanya sebatas mengajar 'apa adanya', tak lebih, hanya menggugurkan pelaksanaan kurikulum. Ini bisa disimpulkan melihat prestasi anak negeri yang masih bisa dihitung dengan jari, kondisi politik-ekonomi-sosial-budaya yang tak mencerminkan pelakunya berpendidikan tinggi, tak menjunjung nilai-nilai moralitas-universal. Semua semakin karut marut.
Karut marut pendidikan selama ini bisa kita lihat dari filosofi pendidikan yang membebankan peserta didik layaknya mesin, target kurikulum yang tak berpihak pada kemampuan dan kemajemukan daya peserta didik, pelaksanaan proses pendidikan yang menggunakan kekerasan dan segala anasir subversif, guru tidak kreatif, kaku, tidak menyenangkan. Dan anehnya semua itu seperti sengaja dikekalkan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan pemerintah tak serius mengubah arah pendidikan menjadi lebih baik, hanya mengandalkan politik anggaran pendidikan 20 persen saja. Itu tidak cukup.
Sebagai gerbang masa depan Indonesia yang lebih baik, pendidikan sering diabai, sering tak dilakukan dengan dedikasi profesionalisme tinggi. Hanya sebatas mengajar 'apa adanya', tak lebih, hanya menggugurkan pelaksanaan kurikulum. Ini bisa disimpulkan melihat prestasi anak negeri yang masih bisa dihitung dengan jari, kondisi politik-ekonomi-sosial-budaya yang tak mencerminkan pelakunya berpendidikan tinggi, tak menjunjung nilai-nilai moralitas-universal. Semua semakin karut marut.
Karut marut pendidikan selama ini bisa kita lihat dari filosofi pendidikan yang membebankan peserta didik layaknya mesin, target kurikulum yang tak berpihak pada kemampuan dan kemajemukan daya peserta didik, pelaksanaan proses pendidikan yang menggunakan kekerasan dan segala anasir subversif, guru tidak kreatif, kaku, tidak menyenangkan. Dan anehnya semua itu seperti sengaja dikekalkan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan pemerintah tak serius mengubah arah pendidikan menjadi lebih baik, hanya mengandalkan politik anggaran pendidikan 20 persen saja. Itu tidak cukup.