Selasa, 06 September 2011

Tentang Karakter

Karakter berbeda dengan kepribadian dan temperamen. Kepribadian adalah etika yang kita tunjukkan ketika berada di tengah-tengah orang banyak, seperti cara berpakaian, berjabat tangan, dan berjalan. Temperamen adalah sifat dasar kita yang dipengaruhi oleh kode genetika orang tua, kakek nenek, dan kakek buyut dan nenek buyut kita. Sedangkan karakter adalah respon kita yang benar (positif) atau tidak benar (negatif) ketika kita mengalami tekanan, tantangan dan kesulitan.

Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit lima faktor, yaitu: temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang kita percayai, paradigma), pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan Perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan). Karakter dibentuk tidak diciptakan, harus melalui proses. Benar ada karakter dasar yang memuat kekuatan dan kelebihan kita.


Ari Ginanjar Agustian (ESQ) menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asmâ al-Husnâ. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-nama Allah itu, Ari merangkumnya dalam 7 karakter dasar, yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja sama.
Indonesia Heritage Foundation merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah; 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, 7) keadilan

Karakter yang berkualitas baik adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali.
Untuk mengembangkan karakter, diperlukan pendidikan karakter. Kita tidak dapat bertumbuh sendiri dalam karakter yang baik. Perlu seorang pembina, coach, mentor, peneladan yang mengarahkan dan memberitahukan kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karakter kita.
Untuk masyarakat kalangan bawah diadakan keteladanan. Misalnya para pemimpin harus memberikan contoh-contoh teladan dalam berbuat kebajikan kepada rakyat, sehingga rakyat terajak untuk berbuat baik dengan suka rela dan pada akhirnya mereka akan berkarakter baik sebagai wujud contoh teladan dan ketaatan kepada pimpinan.

Untuk anak-anak sekolah ditambahkan materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak identik dengan mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini adalah mengarahkan pengasahan kemampuan affektif. Maka metode pengajaran pelajaran karakter ini adalah dilakukan dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah dengan contekstual learning, meskipun tidak dalam kelas, anak-anak dicontohi berakhlak baik dengan langsung diperlihatkan oleh tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam suatu institusi pendidikan.

Untuk masyarakat kelas atas; penguasa, pimpinan, perubahan karakter mereka kearah yang lebih baik dapat dilakukan dengan penegakan hukum yang pasti dan dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Tidak ada komentar: