Bulan depan, November 2011, United
Nations Development Programme (UNDP)
akan mempublikasikan komplit Human
Development Report 2011. Pada tahun 2010 lalu data UNDP menunjukkan bahwa
indeks pembangunan manusia (Human
Development Index / HDI) Indonesia masih berada di posisi 110 dari 169
negara, jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura yang berada di
posisi 27, Brunei 37, Malaysia 57, Thailand 92, dan Philipina 99.
Indeks pembangunan manusia setiap
negara ini dilaporkan UNDP setiap tahunnya, uniknya ranking Indonesia belum
mampu menembus kelompok high, selalu
masuk kelompok medium. Mengapa
pemerintah Indonesia bisa tertinggal dengan negara-negara lain bahkan oleh
beberapa negara-negara Asia tenggara dalam pembangunan manusianya. Mungkinkah
pemerintah kurang bersungguh-sungguh dalam upaya meningkatkan kualitas manusia
dan masyarakat bangsanya. Membahas pembangunan manusia suatu negara tidak
terlepas dari peran pendidikan yang diterapkan dalam negara itu. Sistem
pendidikan suatu negara berbanding lurus dengan pembangunan manusia di negara
tersebut.
Ketika suatu negara tidak menaruh
perhatian terhadap pendidikan anak bangsanya, maka negara tersebut tidak
membangun sumber kekuatan , sumber kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber
martabat yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas
masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan
karakter rakyatnya. Seperti ungkapan Ki Hajar Dewantara “Maksud pendidikan itu
adalah sempurnanya hidup manusia sehingga bisa memenuhi segala keperluan hidup
lahir dan batin.… Buahnya pendidikan, yaitu matangnya jiwa, yang akan dapat
mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci dan bermanfaat bagi orang
lain”.
Terkait dengan kekuatan karakter
rakyatnya, disini pendidikan karakter sangat berperan penting untuk
menghasilkan itu semua. Anak
bangsa tidak dapat bertumbuh sendiri dalam karakter yang baik. Perlu seorang
pembina, orang tua, peneladan yang mengarahkan dan memberitahukan kekeliruan
dan kelemahan-kelemahan karakter anak bangsa. Pendidikan
karakter, adalah proses bersifat
kontinuitas harus terus menerus dan
tidak pernah berhenti. Ibaratnya pemerintah suatu negara boleh berganti, raja
boleh turun tahta, presiden boleh berhenti masa jabatannya, namun pendidikan
karakter tetap harus berjalan terus. Tidak seperti program-program lainnya, pendidikan
karakter bukanlah proyek yang ada awal dan ada akhirnya. Pendidikan karakter
diperlukan tiap individu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, menjadi warga
negara yang lebih bernilai kemanusiaan yang tinggi.
Membangun Karakter Manusia melalui Pendidikan
Karakter seseorang dibentuk/dibangun
oleh kebiasaan-kebiasaan beserta perubahan pola pikir-pola pikir yang
ditanamkan selama proses pendidikannya. Kalau
bentukan dan bangunan karakternya baik tentu segala perilaku, perkataan, dan
pemikiran seseorang akan baik, dan itu melekat sebagai sosok pribadi. Karakter
bukan seperti virus yang cepat menular, tetapi pembangunan atau peruntuhannya
membutuhkan proses lama. Sehubungan dengan rendahnya ranking pembangunan
manusia Indonesia, akan muncul praduga apakah pihak
pendidik di Indonesia tidak berhasil
membentuk watak dan akhlak peserta
didik untuk memiliki karakter-karakter baik ?
Pada hakekatnya pendidikan karakter di
Indonesia sudah terintegrasi kedalam seluruh sistem pendidikan, sebab
tidak mungkin guru akan mengajarkan hal yang kurang baik kepada peserta didik. Namun
yang perlu digarisbawahi adalah lingkungan di masyarakat memiliki energy luar
biasa besarnya untuk merangsang anak didik menjadi rendah nilai watak, akhlak
dan karakternya. Oleh karena itu pada hakekatnya pendidikan karakter yang terus
menerus diperlukan untuk memberikan bumbu segar pada setiap proses pendidikan,
agar anak didik memiliki energi yang lebih besar untuk menolak keseluruhan
nilai jelek yang terbiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pendidik tidak
boleh lepas tangan dari tanggung jawab ini tetapi sebisa mungkin memberikan nuansa pendidikan karakter
didalam proses pembelajarannya. Sisipkan nilai kehidupan, nilai positif dari
setiap materi dan berikan sentuhan manfaat dalam kehidupan. Misalnya
mengajarkan fisika dengan bercerita tentang penemu hukum atau rumus yang sedang
diajarkan. Tonjolkan sikap positifnya, dan ulang-ulang terus sehingga manusia
tidak hanya hafal rumusnya saja tetapi nilai positif dari penemu hukum
tersebut. Pendidik
tidak perlu malu-malu lagi menyisipkan pembelajaran dengan cerita-cerita
keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, pahlawan-pahlawan Islam,
dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah
dengan dengan permainan-permainan atau dengan contekstual learning, meskipun tidak dalam kelas, anak-anak
dicontohi berakhlak baik dengan langsung diperlihatkan oleh tindakan-tindakan
seluruh pendidik dalam suatu institusi pendidikan. Dengan menyelami dan mempraktekkan nilai positif tersebut,
anak didik sudah memiliki salah satu karakter baik.
Tak
bisa dipungkiri pembentukan karakter manusia paling mujarab adalah dari
keteladanan. Misalnya para pemimpin harus memberikan contoh-contoh teladan
dalam berbuat kebajikan kepada rakyat, sehingga rakyat terajak untuk berbuat
baik dengan suka rela dan pada akhirnya mereka akan berkarakter baik sebagai
wujud contoh teladan dan ketaatan kepada pimpinan. Sedangkan untuk mengubah
karakter para pemimpin yang seharusnya menjadi teladan tatkala mereka melenceng
dari norma-norma baik, dapat dilakukan dengan penegakan hukum yang pasti dan
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Akhirnya, sejatinya pendidikan
karakter tidak pernah berhenti dari kehidupan kita, oleh karena itu nikmatilah
dan hiduplah terus dengan karakter-karakter baik. Ingatlah bahwa, ketika kehilangan
kekayaan, kita tidak kehilangan apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, kita
kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter, kita kehilangan segala-galanya”
Pristiadi Utomo
Pendidik dan Guru Fisika di SMK N 11 Semarang
Contact Person : 08157610939
Tidak ada komentar:
Posting Komentar