Senin, 10 Oktober 2011

Jangan Hentikan Pendidikan Karakter Bangsa


Bulan depan, November 2011, United Nations Development Programme (UNDP)  akan mempublikasikan komplit Human Development Report 2011. Pada tahun 2010 lalu data UNDP menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (Human Development Index / HDI) Indonesia masih berada di posisi 110 dari 169 negara, jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura yang berada di posisi 27, Brunei 37, Malaysia 57, Thailand 92, dan Philipina 99.
Indeks pembangunan manusia setiap negara ini dilaporkan UNDP setiap tahunnya, uniknya ranking Indonesia belum mampu menembus kelompok high, selalu masuk kelompok medium. Mengapa pemerintah Indonesia bisa tertinggal dengan negara-negara lain bahkan oleh beberapa negara-negara Asia tenggara dalam pembangunan manusianya. Mungkinkah pemerintah kurang bersungguh-sungguh dalam upaya meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat bangsanya. Membahas pembangunan manusia suatu negara tidak terlepas dari peran pendidikan yang diterapkan dalam negara itu. Sistem pendidikan suatu negara berbanding lurus dengan pembangunan manusia di negara tersebut.

Ketika suatu negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan anak bangsanya, maka negara tersebut tidak membangun sumber kekuatan , sumber kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber martabat yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan karakter rakyatnya. Seperti ungkapan Ki Hajar Dewantara “Maksud pendidikan itu adalah sempurnanya hidup manusia sehingga bisa memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin.… Buahnya pendidikan, yaitu matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci dan bermanfaat bagi orang lain”.
Terkait dengan kekuatan karakter rakyatnya, disini pendidikan karakter sangat berperan penting untuk menghasilkan itu semua. Anak bangsa tidak dapat bertumbuh sendiri dalam karakter yang baik. Perlu seorang pembina, orang tua, peneladan yang mengarahkan dan memberitahukan kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karakter anak bangsa. Pendidikan karakter, adalah proses bersifat kontinuitas harus terus menerus dan tidak pernah berhenti. Ibaratnya pemerintah suatu negara boleh berganti, raja boleh turun tahta, presiden boleh berhenti masa jabatannya, namun pendidikan karakter tetap harus berjalan terus. Tidak seperti program-program lainnya, pendidikan karakter bukanlah proyek yang ada awal dan ada akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan tiap individu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, menjadi warga negara yang lebih bernilai kemanusiaan yang tinggi.
Membangun Karakter Manusia melalui Pendidikan
Karakter seseorang dibentuk/dibangun oleh kebiasaan-kebiasaan beserta perubahan pola pikir-pola pikir yang ditanamkan selama proses pendidikannya. Kalau bentukan dan bangunan karakternya baik tentu segala perilaku, perkataan, dan pemikiran seseorang akan baik, dan itu melekat sebagai sosok pribadi. Karakter bukan seperti virus yang cepat menular, tetapi pembangunan atau peruntuhannya membutuhkan proses lama. Sehubungan dengan rendahnya ranking pembangunan manusia Indonesia, akan muncul praduga apakah pihak pendidik  di Indonesia tidak berhasil membentuk watak dan akhlak peserta didik untuk memiliki karakter-karakter baik ?
Pada hakekatnya pendidikan karakter di Indonesia sudah terintegrasi kedalam seluruh sistem pendidikan, sebab tidak mungkin guru akan mengajarkan hal yang kurang baik kepada peserta didik. Namun yang perlu digarisbawahi adalah lingkungan di masyarakat memiliki energy luar biasa besarnya untuk merangsang anak didik menjadi rendah nilai watak, akhlak dan karakternya. Oleh karena itu pada hakekatnya pendidikan karakter yang terus menerus diperlukan untuk memberikan bumbu segar pada setiap proses pendidikan, agar anak didik memiliki energi yang lebih besar untuk menolak keseluruhan nilai jelek yang terbiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pendidik tidak boleh lepas tangan dari tanggung jawab ini tetapi sebisa mungkin memberikan nuansa pendidikan karakter didalam proses pembelajarannya. Sisipkan nilai kehidupan, nilai positif dari setiap materi dan berikan sentuhan manfaat dalam kehidupan. Misalnya mengajarkan fisika dengan bercerita tentang penemu hukum atau rumus yang sedang diajarkan. Tonjolkan sikap positifnya, dan ulang-ulang terus sehingga manusia tidak hanya hafal rumusnya saja tetapi nilai positif dari penemu hukum tersebut. Pendidik tidak perlu malu-malu lagi menyisipkan pembelajaran dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah dengan dengan permainan-permainan atau dengan contekstual learning, meskipun tidak dalam kelas, anak-anak dicontohi berakhlak baik dengan langsung diperlihatkan oleh tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam suatu institusi pendidikan. Dengan menyelami dan mempraktekkan nilai positif tersebut, anak didik sudah memiliki salah satu karakter baik. 

Tak bisa dipungkiri pembentukan karakter manusia paling mujarab adalah dari keteladanan. Misalnya para pemimpin harus memberikan contoh-contoh teladan dalam berbuat kebajikan kepada rakyat, sehingga rakyat terajak untuk berbuat baik dengan suka rela dan pada akhirnya mereka akan berkarakter baik sebagai wujud contoh teladan dan ketaatan kepada pimpinan. Sedangkan untuk mengubah karakter para pemimpin yang seharusnya menjadi teladan tatkala mereka melenceng dari norma-norma baik, dapat dilakukan dengan penegakan hukum yang pasti dan dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Akhirnya, sejatinya pendidikan karakter tidak pernah berhenti dari kehidupan kita, oleh karena itu nikmatilah dan hiduplah terus dengan karakter-karakter baik. Ingatlah bahwa, ketika kehilangan kekayaan, kita tidak kehilangan apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, kita kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter, kita kehilangan segala-galanya”

Pristiadi Utomo
Pendidik dan Guru Fisika di SMK N 11 Semarang
Contact Person : 08157610939




Top of Form
Bottom of Form

Tidak ada komentar: